Kamis, 24 Juli 2008

Penyakit Ngorok, Matikan Belasan Kerbau di Sarolangun

Jambi -
Warga Kecamatan Limun dan Pelawan, geger , bagaimana tidak, kerbau peliharaan mereka mati secara mendadak tanpa diketahui penyakit yang menyerang hewan ternak tersebut.
Hal itu disampaikan oleh warga, saat kunjungan bupati ke Desa Penegah. Atas laporan itu, bupati langsung menindak lanjuti dan memerintahkan Kepala Dinas Peternakan, melakukan penelitian penyebab masalah tersebut.
‘’Saya ucapkan terima kasih, atas laporan warga dan ini langsung ditindak lanjuti’’ujar bupati.
Kepada wartawan, dia menyampaikan, Kepala Dinas Peternakan Ir.Ahmad Surya, mengaku pernah mengadakan peyuntikan paksin pada hewan peliharaan milik warga tersebut.
‘’Kemungkinan, hewan yang mati tersebut kemungkinan tidak kena penyuntikan ,biaya paksin tidak juga besar, hal lain hewan tersebut sengaja dilepas begitu saja yang jelas setelah kami selidiki penyakit yang menjadi penyebab matinya kerbau untuk sementara diduga penyakit ngorok,’’jelasnya.
Sebelumnya puluhan ayam juga mati mendadak, dan itu juga dilaporkan warga ke bupati.
Sementara itu, data yang diperoleh Koran ini, sejumlah kabupaten di Provinsi Jambi seperti Batanghari, Tebo, Muarojambi, Bungo dan Sarolangun, adalah daerah endemik bagi penyebaran penyakit ngorok atau Septichaemia Epizootichae (SE) yang sering menyerang ternak besar khususnya kerbau.
Kepala Dinas Peternakan Provinsi Jambi, Natres Ulfi, di Jambi, Kamis mengatakan, hampir tiap tahun ada kejadian kematian kerbau secara mendadak dan jumlah banyak di kabupaten endemik penyakit SE tersebut.
"Matinya belasan kerbau selama sepekan terakhir di Kecamatan Pelawan dan Limun, Kabupaten Sarolangun, juga disebabkan terserang penyakit ngorok," katanya.
Penyakit ngorok itu dipicu sistem pengembalaan liar yang dilakukan warga di alam bebas, sehingga upaya untuk melakukan vaksinasi pencegahan penyakit tersebut tidak bisa dilaksanakan.
Dinas peternakan atau petugas kesehatan hewan tidak mampu menangkap kerbau yang dibiarkan lepas di alam bebas itu, sementara pemiliknya sendiri sering membayar orang untuk menangkap hewan tersebut bila mau disembelih untuk pesta atau dijual dengan upah tangkap Rp1 juta/ekor.
Penyakit ngorok itu sebenarnya tidak berbahaya, bila pemiliknya rajin memberi vaksin yang hanya sekali setahun, dengan harga vaksin Rp2.000 untuk satu ekor kerbau.
Bila kerbau itu secara rutin diberi vaksin, maka ternak itu akan kebal atau terhindar dari serangan SE, yang ditandai dengan terjadinya pembengkakan di leher dan tidur ngorok.
Selama satu minggu bila terserang penyakit tersebut, kerbau itu akan mati, namun saat masih hidup bisa disembelih dan dagingnya bisa dikonsumsi atau dimakan.
Namun bisa diselamatkan dengan memberikan obat antibiotik dosis tinggi.***

Tidak ada komentar: