Kamis, 24 Juli 2008

Pilkada Damai dan Demokratis di Kerinci

Jambi -
Salah seorang tokoh LSM Jambi Syukur Alam mendesak semua calon Bupati Kerinci uantuk serius menciptakan Pilkada Damai di Kerinci, mengingat potensi konflik mungkin saja terjadi.Dekatnya jarak antara para kandidat dengan pemilih akan membuat "sumbu pendek" yang akan memicu konflik horizontal antar pendukung pasangan calon kepala daerah.
Perbedaan karakteristik tersebut sebagai akibat dari perbedaan cukup signifikan jarak antara kandidat dan pemilih. Pilkada adalah perebutan kekuasaan yang melibatkan elite lokal yang punya kedekatan secara geografis dan emosional dengan massa akar rumput. Kentalnya budaya patron-client relationship di masyarakat basis akan selalu menumbuhsuburkan fanatisme massa pendukung antarkandidat, yang kemudian bermuara pada hadirnya simpul-simpul konflik dan kekerasan antarmassa pendukung.
Terjadinya kekerasan politik dalam pilkada tersebut tentu akan mengurangi kualitas demokrasi. Karena keberhasilan pelaksanaan pilkada, sebagaimana pemilu yang lain tentu mensyaratkan terlaksananya asas pemilu-jujur, adil, langsung, umum, bebas, rahasia, dan beradab-dengan baik. Implikasi dari terlaksananya pemilu yang bebas dan beradab adalah adanya jaminan rasa aman bagi warga negara untuk secara bebas menggunakan hak pilihnya dalam pelaksanaan pemilu, termasuk pilkada.
“Mari secara bersama-sama dan saling bahu membahu kita ciptakan Pilkada damai, aman, dan berhasil sukses. Pilihan boleh beda, tapi mewujudkan Pilkada damai tetap yang utama,” ucapnya.
Pilkada sebagai instrumen demokrasi di tingkat lokal, tentu keberhasilannya menjadi tugas semua elemen masyarakat sipil. Hal itu sebagai manifestasi prinsip demokrasi, pemerintahan dari, oleh, dan untuk rakyat. KPUD selaku pelaksana pilkada tentu bukan aktor tunggal yang akan menentukan keberhasilan pilkada. Para pasangan calon, partai politik, dan tim kampanye selaku stakeholder pelaksanaan pilkada punya sumbangan yang cukup besar terhadap berlangsungnya pilkada secara aman dan demokratis.
Untuk mendorong berlangsungnya pilkada damai dan demokratis, maka dirasa perlu bagi setiap pasangan calon dan tim kampanye serta elemen masyarakat sipil pada umumnya untuk bahu-membahu dalam mempromosikan pentingnya pelaksanaan pilkada secara damai dan demokratis. Bahkan, mengingat rasa aman adalah kebutuhan dasar setiap rakyat, maka visi, misi, dan program setiap kandidat idealnya harus mampu merespons kebutuhan rakyat akan hal itu.
“Partisipasi dan komitmen bagi setiap pasangan calon untuk mewujudkan pilkada damai ini penting karena by design kampanye pilkada lebih rentan terhadap kemungkinan konflik dan kekerasan politik dibanding kampanye pilpres atau pileg, ungkap Syukur.
Atas dasar realitas tersebut, komitmen setiap pasangan calon untuk mewujudkan pilkada damai sangatlah dibutuhkan. Gagasan terhadap pilkada damai dan demokratis itu tentu tidak cukup hanya diusung dalam visi, misi, dan program pasangan calon kepala daerah. Untuk membuktikan komitmen itu, setiap pasangan calon juga harus mulai meninggalkan kecenderungan penggunaan black campaign, show of force, dan pendekatan konflik dalam strategi pemenangan pilkada.
Karena bagaimanapun, penggunaan tradisi tersebut dalam pilkada akan sangat bertentangan dengan misi untuk mewujudkan pilkada damai dan demokratis. Dengan ditinggalkannya tradisi black campaign, show of force, dan pendekatan konflik dalam kampanye pilkada oleh setiap pasangan calon kepala daerah dan para tim suksesnya, hal itu merupakan sumbangan yang cukup besar untuk mendorong terlaksananya pilkada di Kerinci yang lebih beradab.

Tidak ada komentar: