Rabu, 07 Mei 2008

Petani Sayur-Mayur Terjerat Tengkulak

Jambi - Petani sayur-mayur di Jambi sebagian besar terjerat kepada tengkulak sehingga mereka tidak menikmati produksi yang dihasilkan.
Suparman (51), salah seorang petani sayur mayur di Desa Rawapudak, Kec. Kumpeh Kab. Muaro Jambi, Provinsi Jambi, mengungkapkan, akibat terjebak kepada tengkulak sebagian besar petani tidak pernah mengetahui kondisi harga di pasaran.
Sebab sayur setelah berproduksi langsung dipanen dan dibawa para tengkulak itu. Misalnya harga penjualan sayur sawi dan bayam di pasar rata-rata di atas Rp2.000 per ikat, namun para tengkulak itu membayar di bawah Rp1.000 per ikat.
"Itupun kami para petani baru menerima hasil penjualan keesokan harinya dengan harga yang ditentukan sendiri oleh tengkulak itu, dengan alasan mereka sebelumnya membantu modal pembelian bibit, pupuk dan peralatan pertanian.
"Kami tidak bisa berbuat banyak, menurut saja berapun harga yang ditetapkan tengkulak itu," kata Suparman.
Keluhan yang sama juga diutarakan M Sinaga (47) petani sayur Desa Mayang, mereka berhubungan dengan tengkulak dengan terpaksa karena satu-satunya cara mudah untuk mendapat bantuan pinjaman modal usaha bercocok tanam.
Pinjaman modal dan harga peralatan pertanian dari tengkulak itu sebenarnya jauh lebih tinggi dibanding harga toko, namun tidak bisa dihindari karena petani tidak punya modal.
"Yang menjadi persoalan bagi kami ketika gagal panen, tengkulak itu tidak mau tahu, akibatnya yang rugi petani," ungkap Sinaga.
Para petani itu meminta pemerintah memberikan modal usaha dengan sistem kredit bergulir tanpa agunan, sebab kalau pakai agunan para petani tidak memilikinya.
Sejumlah tengkulak di pasar tradisional Angso Duo Kota Jambi mengatakan, mereka memberi pinjaman untuk kebutuhan petani tidak ada paksaan.
"Kami tidak memaksa petani, karena syarat pinjaman yang ditetapkan kepada petani sebelumnya telah disetujui, karena mereka butuh modal usaha," kata para tengkulak itu.***

Tidak ada komentar: